Powered By Blogger

Minggu, 24 Juli 2016

Memulai lembaran baru

Belum lama ini, 

Sekitar sehari atau dua hari bahkan tiga hari kemarin aku mulai memikirkan ini.


Memulai lembaran baru...



Pagi itu semua terasa sama, hanya kepala dan pikiranku terasa berat karena terlalu banyak berpikir. Terlalu banyak menimang-nimang segala masalah baik kecil maupun besar yang terjadi dikehidupan kecilku.


Kumulai hari dengan doa bangun tidur yang biasa kulafalkan setelah bangun tidur. Kududukkan badanku lalu mulai kembali berpikir. 


Saat ini aku bekerja di salah satu anak perusahaan besar, namanya juga anak perusahaan, yah pasti berbeda dengan induk perusahaannya.
Aku sudah mulai bekerja dari bulan Agustus tahun lalu dengan kontrak 1 tahun kerja. Dan sekarang (saat aku menulis), ini sudah hampir setahun aku bekerja.
Sudah ada obrolan tentang perpanjang kontrak dari menejemen tempatku bekerja. Namun disaat yang sama aku juga sudah menolak untuk diperpanjang.
Bagiku, untuk divisiku yang sekarang, jenjang karir yang aku idam-idamkan tidak akan pernah tercapai. Karena ada senior yang bekerja disini lebih dari 5 tahun masi dikontrak oleh perusahaan ini.
Intinya pagi ini aku merasakan stres ringan, dikarenakan pilihanku untuk hidupku yang tidak ingin memperpanjang kontrak itu. Semakin kupikirkan semakin menyesal aku memutuskan untuk keluar. Tapi disatu sisi aku berfikir bahwa jika aku terus disana, maka aku akan menyesal karena nyaman hanya pada 1 titik.

Ku ingat kembali alasanku dulu mencari pekerjaan. Kuingat kembali segala bentuk ujian test untuk interview dan berbagai macam interview yang telah kulakukan. Semuanya membuatku tersenyum simpul. 


Ahh, aku anak pertama dari 4 bersaudara, dan anak laki-laki sendiri. Segala beban yang ada dikeluarga terotomatisasi berada dipundakku yang lemah ini.
Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus menjadi seorang ayah. Bukan seorang laki-laki yang mempunyai seorang istri maksudku. Seorang pria yang menanggung beban, yang memikirkan segala sesuatu yang dilakukannya berdampak pada setiap anggota keluarga, itulah yang aku maksud dengan ayah disini.

Aku terlalu memikirkan semua anggota keluarga yang aku punya. Ibu ku yang harus mengurus adik ku yang paling kecil serta ayahku yang sekarang tidak sesempurna dulu.
Akulah pengganti ayah saat ini. Kata-kata ini selalu berulang dikepalaku saat aku sedang sadar maupun saat aku tidak sadar (tidur). 

Kadang adakalanya aku merasa iri dengan orang-orang yang seusia denganku, tapi saat itu juga aku merasa diriku hina, kurang bersyukur apalagi aku atas nikmat yang telah diberikan Allah swt kepadaku, keluarga lengkap, pekerjaan punya, fisik sehat, makan masih bisa milih-milih. Sungguh, kurang bersyukur sekali diriku ini.

Benar memang aku memiliki pikiran yang belum dewasa. Menurutku pikiranku hanya terus mengeluh tentang kehidupan kecilku. Tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang yang hidup dinegara yang penuh dengan teror contohnya, atau orang-orang yang memiliki kekurangan fisik, atau orang-orang yang telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya pada saat mereka kecil.

Tapi inilah aku, dengan kekuranganku. Yang selalu ingin menjadi lebih baik lagi. Yang selalu merasa bahwa aku akan terus berkembang setiap harinya. Aku ingin menjadi lebih baik lagi. Selagi nafas masih berhembus, kurasa tidak ada kata TERLAMBAT untuk memulai lembaran baru.


Doakan saja, teman. Agar kita semua bisa menjadi manusia yang terus lebih baik dari yang sekarang. Kita tidak akan pernah bisa menjadi sempurna.
Namun, tidak ada salahnya mencoba menjadi lebih baik lagi mendekati sempurna.



Semoga aku bisa terus menulis diblog yang terlupakan ini...

Salam Hangat Untukmu.
Sahabat.